Keragaan Varietas Inpara di Lahan Rawa Pasang Surut (Performance of Varieties Inpara in Swampland)
Main Article Content
Abstract
Lahan rawa pasang surut merupakan lahan marjinal tetapi memiliki potensi cukup besar untuk usahatani padi apabila dikelola dengan menerapkan teknik budidaya yang tepat. Kunci utama keberhasilan usahatani padi di lahan rawa pasang surut adalah pengelolaan air yang tepat dan pemberian hara yang seimbang pada varietas padi yang adaptif. Inpara (Inbrida padi rawa) merupakan varietas yang daya adaptasinya di lahan rawa beragam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi keragaan varietas Inpara di lahan rawa pasang surut. Kegiatan dilaksanakan di Kebun Percobaan Belandean, Kabupaten Barito Kuala, Propinsi Kalimantan Selatan pada musim kemarau 2012. Tanah di lokasi pengujian tergolong tipologi lahan pasang surut sulfat masam potensial dengan tipe luapan air B. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok, 6 perlakuan dan 5 ulangan. Ada enam varietas padi rawa yang ditanam, yaitu Inbrida Padi Rawa (Inpara) 1, 2, 3, 4, 5 dan Margasari. Pengujian ini menunjukkan bahwa potensi lahan sulfat masam potensial dapat ditingkatkan dengan menanam varietas unggul Inpara 1, 2, 3, 4 yang produktivitasnya lebih tinggi dari varietas Margasari. Varietas Inpara 5 lebih sesuai ditanam di lahan rawa lebak. Kenaikan hasil Inpara 1, 2, 3, 4 dibandingkan varietas Margasari berturut-turut adalah 0,99, 1,39, 098, 0,98 ton GKG/ha. Kenaikan hasil varietas Inpara nyata sampai sangat nyata secara statistik.
Swampy lands or wetlands are marginal lands but they have considerable potentials for rice farming. The main key solution to overcome swampy lands constraints are nutrient and water management as well as the use of adaptive rice varieties. Inparas (inbred swampy land rice) is variety released by the Indonesian Agency for Agricultural Research and Development (IAARD) which is adaptive to swampy land conditions. The purpose of this research was to evaluate the performances of Inpara varieties in tidal wetlands. The field experiment was carried out in Belandean Experiment Station, Barito Kuala District, South Kalimantan Province in the dry season of 2012. Soil of the site is classified as potential acid sulfate soil with type B overflow. The research was arranged in Randomized Completely Design, with 6 treatments and 5 replications. There were planted six swampy land varieties, i.e. Inpara 1, 2, 3, 4, 5 and Margasari. The result showed that potential acid sulfate soil could be increased by planting Inpara 1, 2, 3, and 4 which had higher yield than that of Margasari variety. Inpara 5 variety was more suitable to be planted on fresh water wetlands. The increasing yield of Inpara 1, 2, 3, and 4 compared to that of Margasari variety were 0.99, 1.39, 0.98, 0.98 ton/ha, respectively. The increasing yield of Inpara varieties was significantly different.
Article Details
catatan copyright agar disepakati oleh penulis.
Penulis sepakat dengan ketentuan-ketentuan dalam etika publikasi
Penulis menyatakan bahwa karya tulis yang diserahkan untuk diterbitkan adalah asli, belum pernah dipublikasikan di manapun dalam bahasa apapun, dan tidak sedang dalam proses pengajuan ke penerbit lain
References
Indrayati, L., A. Supriyo dan S. Umar. 2011. Integrasi Teknologi Tata Air, Amelioran dan Pupuk dalam Budidaya Padi Pada Tanah Sulfat Masam Kalimantan Selatan. Jurnal Tanah dan Iklim, Edisi Khusus Rawa, Juli 2011.
Khairullah, I. L. Indrayati, A. Hairani dan A. Susilawati. 2011. Pengaturan Waktu Tanam dan Tata Air untuk Mengendalikan Keracunan Besi Pada Tanaman Padi di Lahan Rawa Pasang Surut Sulfat Masam Potensial Tipe B. Jurnal Tanah dan Iklim, Edisi Khusus Rawa, Juli 2011.
Khairullah, I. 2012. Pemilihan Varietas Padi untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Rawa. Makalah disampaikan pada Praktek dan Teknik Analisis Katam Rawa. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor, 29-30 Maret 2012.
Koesrini, H. Syahbuddin, M. Thamrin, M. Najib, M. Saleh, Muhammad, E. William dan Nurtirtayani. 2011. Perbanyakan dan Pemurnian Benih untuk
Lahan Rawa. Laporan Kegiatan. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa. Banjarbaru. 23 hal.
Noor, M. K. Anwar, A. Jumberi. M. Sarwani dan S. Ali. 1993. Prospek Pengembangan Padi Sawah di Lahan Pasang Surut dengan Perbaikan System Pengelolaan Air. Kal. Sci. No. 27 Tahun XI. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Noor, M. 1996. Padi Lahan Marjinal. Penebar Swadaya. Jakarta.213 hal.
Noorginayuwati, D. Nazemi, M. Thamrin. 2012. Diseminasi Terpadu Keragaan Teknologi Pengelolaan Lahan Rawa. Disampaikan pada Seminar Hasil Penelitian dan Diseminasi. Banjarbaru, 15-16 Desember 2012.
Sarwani, M. 2002. Pengelolaan air di lahan pasang surut. Dalam: I. Ar-Riza, M. Sarwani dan T. Alihamsyah (Eds). Monograf. Pengelolaan Air dan Tanah di Lahan Pasang Surut. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa. Banjarbaru.
Suprihatno, B., A.A. Daradjat, Satoto, Baehaki, 2010. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian tanaman Padi. Sukamandi.113 hal.
Waluyo, Suparwoto dan Rudi, S. 2011. Penggunaan Varietas Unggul Baru (VUB) untuk Meningkatkan Pendapatan Petani Rawa Lebak di Lokasi Prima Tani Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Prosiding Seminar Ilmiah Hasil Penelitian Padi Nasional 2010. Sukamandi 24 November 2010.
Widjaja-Adhi, I.P.G., D.A. Suriadikarta, M.T. Sutriadi, I.G.M. Subiksa dan I.W. Suastika. 2000. Pengelolaan, Pemanfaatan dan Pengembangan Lahan Rawa. Dalam: A. Adimihardja, L.I. Amien, F. Agus dan D. Jaenuddin (Eds.). Sumberdaya Lahan Indonesia dan Pengelolaan. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor.
Wijaja-Adhi, I.P.G., K. Nugroho, D. Ardi dan A.S. Karama. 1992. Sumberdaya Lahan Pasang Surut dan Rawa dan Pantai: Potensi, Keterbatasan dan Pemanfaatan. Dalam: S. Partohardjono dan M. Syam (Eds.). Risalah Pertemuan Nasional Pengembangan Pertanian Lahan Pasang Surut dan Rawa, di Cisarua, 3-4 Maret. Bogor.