Karakterisasi dan Kekerabatan 42 Aksesi Tanaman Jawawut (Setaria italica L. Beauv) Characterization and Relationship 42 Accessions of Foxtail Millet Plant (Setaria italica L Beauv)
Main Article Content
Abstract
Pangan alternatif menghasilkan karbohidrat dapat bersumber dari pangan lokal yang secara alamiah sudah beradaptasi dengan lingkungan setempat. Pengembangan jawawut sebagai sumber pangan perlu identifikasi untuk mengetahui karakternya. Informasi jarak genetik dan hubungan kekerabatan sangat diperlukan dalam merakit varietas unggul. Semakin jauh jarak genetik antar tetua maka peluang dihasilkannya kultivar baru dengan keragaman genetik akan menjadi besar dan sebaliknya. Penelitian dilaksanakan pada Februari sampai dengan Juli 2013 bertujuan mengidentifikasi, mengkarakterisasi tanaman jawawut berdasarkan karakter morfologi dan agronomi. Analisis keragaman genetik dilakukan berdasarkan karakter morfologi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif, selanjutnya data tersebut diubah menjadi data biner dengan skoring data berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan pada setiap peubah. Data biner morfologi dilakukan analisis menggunakan UPGMA (Unweigjted Pair Group Method with Aritmathic Means) dengan fungsi Simqual melalui program NTSYSpc 2,1. Karakter yang diamati adalah bentuk daun, warna daun, antosianin pada dudukan daun, bentuk tumbuh, diameter batang, tinggi tanaman, jumlah ruas, umur berbunga, warna bunga, panjang tangkai malai, panjang malai, bentuk malai, arah malai, panjang bulu malai, bobot malai, bobot 1000 butir. Hasil penelitian terhadap 42 aksesi jawawut menunjukkan bahwa kekerabatan membentuk dua kelompok berbeda dengan nilai koefisien ketidakmiripan 57 persen. Sumbangan ketidakmiripan jarak genetik terbesar terjadi karena umur berbunga, antosianin dan umur panen.
Alternative food with carbohydrates can be sourced from local food that has naturally adapted to local environment. Development of foxtail millet as a food source needs to be identified to determine the characters. Information genetic distance and phylogenetic relationship are indispensable in assembling high-yielding varieties. The farther genetic distance between the parental cultivars, the greater they generate new opportunities with genetic diversity, and vice versa. The research which was conducted from February to July 2013 aims to identify and characterize foxtail millet plant based on morphological and agronomic characters. Analysis of genetic diversity based on morphological characters is done qualitatively and quantitatively, in which the data is converted into binary data with scoring data based on criteria that have been set on each variable. Morphological analysis of binary data is conducted by using UPGMA (Unweighted Pair Group Method with Aritmathic Means) with function Simqual through NTSYSpc 2,1. Characters are observed through leaf shape, leaf color, leaf anthocyanin on the holder, growing form, stem diameter, plant height, number of segments, flowering, flower color, stem length panicle, panicle length, panicle shape, panicle direction, fur panicle length, panicle weight, and 1000 grain weight. The study of 42 millet accessions shows that the kinship forms two groups with different dissimilarity of 57 percent. The largest causes of genetic distance dissimilarities are due to different forms of growth, flowering, and age of harvesting.
Article Details
catatan copyright agar disepakati oleh penulis.
Penulis sepakat dengan ketentuan-ketentuan dalam etika publikasi
Penulis menyatakan bahwa karya tulis yang diserahkan untuk diterbitkan adalah asli, belum pernah dipublikasikan di manapun dalam bahasa apapun, dan tidak sedang dalam proses pengajuan ke penerbit lain
References
Anas dan T. Yoshida 2004. Genetic Diversity among Japanese Cultivated Sorghum Assessed with Simple Sequence Repeats Markers. Plant Prod, Sci. 7(2):217-223 (2004). https://www.jstage.jst.
go.jp/article/pps/7/2/ 7_2_217/_pdf. Diakses 29 Februari 2014.
Anonimous. 2010. Karakter Morfologi dan Agronomi Padi Varietas Unggul. Institute Pertanian Bogor. (Tidak dipublikasikan).
Khush, G.S. 1997. Food Security by design : Improving the rice plant in parternership with NARS. dalam Kebijakan Perberasan dan Inovasi Teknologi Padi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Hal. 67-80.
Lakitan, B. 2004. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Lin H.S., C.Y. Chiang, S.B. Chang, G.I. Liao, CS.S.Kuoh. 2012. Genetic Diversity in The Foxtail Millet (setaria italica) germplashas determined by agronomic traits and microsatellite markers. Australian Journal of Crop Science (AJCS) 6 (2)342-349 (2012).
Makarim, A.K., E.Suhartatik. 2009. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. www.litbang.deptan.go.id/special/padi/bbpadi_2009
Maxiselly, Y. 2011. Keragaan Pola Penyebaran Talas Spesies Colocasia esculenta dan Xanthosoma sagittifolium di Jawa Barat. Tesis Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Bandung. (Tidak dipublikasikan).
Petersen, R.G.1994. Agricultural Field Experiments, Design Analysis. Marcel Dekker, Inc., New York.
Purwantoro, A., E. Ambarwati, F. Setyaningsih. 2005. Kekerabatan Antar Angrek Species Berdasarkan Sifat Morfologi Tanaman dan Bunga. Ilmu Pertanian Vol.12 No.1, 1-11.
Qosim, W.A., Nurmala T. 2011. Eksplorasi, Identifikasi dan Analisis Keragaman Plasma Nutfah Tanaman Hanjeli (Coix lacryma jobi L.) Barat. Artikel Pangan, Vol.20 No.4, Desember 2011. Sukartini dan M.J.A. Syah. 2009. Potensi Kandungan Antosianin pada Daun Muda Tanaman Mangga Sebagai Kriteria Seleksi Dini Zuriat Mangga. J.Horticultura 19(1) :23-27
Suryadi. 2003. Karakterisasi dan Deskripsi Plasma Nutfah Kacang Panjang. Diakses dari http://indoplasma.or.id/publikasi/buletin_pn 9 1 2003 7-11 suryadi pdf pada 12 Januari 2013 pukul 14.25 International Union for The Protection of New Varieties
of Plants (UPOV). 2012. Foxtail Millet. Guidelines For The Conduct of Test for Distinctness, Uniformity and Stability. International Union for The Protection of New Varieties of Plant.