Revitalisasi Penganekaragaman Pangan Berbasis Pangan Lokal (Revitalization of Diversification ofLocal-Food-Based Food)

Main Article Content

Suyanto Pawiroharsono

Abstract

Konsumsi beras yang tinggi berakibat rapuhnya ketahanan pangan. Tingginya konsumsi beras ini ditunjukkan oleh skor Pola Pangan Harapan (PPH) pada kelompok padi-padian yang jauh lebih tinggi dari skor ideal yaitu 62,2 persen dari 50 persen skor ideal. Disisi lain, Indonesia kaya akan produk pangan lokal berbasis karbohidrat (singkong, ubi jalar, talas, dan sebagainya) yang berpotensi untuk substitusi beras. Oleh karena itu, program penganekaragaman pangan berbasis pangan lokal dinilai sebagai solusi yang tepat untuk mengurangi ketergantungan pada konsumsi beras. Penganekaragaman pangan pada perpektif yang lebih luas, tidak hanya untuk konsumsi pangan berbasis karbohidrat, tetapi juga untuk pangan berbasis protein dan lemak untuk mencapai pola pangan seimbang. Penganekaragaman pangan ternyata juga mempunyai dampak positif ikutan oleh terjadinya kompensasi zat gizi dari keragaman pangan tersebut yang dapat meningkatkan nilai biologis pangan yang dikonsumsi dalam metabolisme dan sekaligus berkontribusi untuk kesehatan tubuh. Untuk mendukung keberhasilan program penganekaragaman pangan, maka berbagai revitalisasi pelaksanaan program perlu dilakukan, yaitu melalui: (i) penyusunan rencana induk dan program secara holistik; (ii) pengembangan produk olahan berbasis pada iptek dan inovasi; (iii) pengembangan agroindustri dan agrobisnis berbasis pada produk pangan lokal; (iv) diseminasi dan sosialisasi; dan (v) dukungan kebijakan anggaran yang memadai untuk pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan.

The highest consumption of rice causes the weakness of food security. The highest consumption office is indicated by high score offood pattern expectation ofpaddies group consumption, which is much higher from ideal score, namely 62.2 per cent from ideal score of 50 per cent. On the other side, Indonesia is rich in carbohydrate-based local-food products (cassava, sweet potato, taro, etc), which are potentially used for rice substitution. Therefore, the programs of food diversification based on local-food products are considered as appropriate solution for minimizing the dependency of rice consumption. In wider perspective of food diversification, it should be not only implemented for diversification of carbohydratebased food, but should also include for the diversification for protein-based food and fat-based food for obtaining a food pattern balance. In fact, food diversification also possesses additional positive effect due to the compensation of nutrition content from the food diversification, which can increase the biological value of consumed foods in the metabolism and at once contribute to body health. For supporting the successful food diversification program, therefore it is required a revitalization on the implementation program, through: (i) preparation of holistic program master plan, (ii) science, technology and innovation based products development, (Hi) establishment of agro-industry and agro-business based on the local food products, (iv) dissemination and socialization, and (v) support of appropriate budget policy for implementation of the decided policies.

 

Article Details

Section
Articles
Author Biography

Suyanto Pawiroharsono

Pusat Teknologi Bioindustri, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

References

Abdullah, S. 2012. Penguatan Sistem pangan Lokal Sebagai Jalan Mencapai Ketahanan Pangan dan Kemandirian Pangan. Seminar Hari Pangan Sedunia 2012 (HPS 2012), Palangkaraya, 15-16 Oktober 2012.

Balai Penelitian Tanaman Serealia. 2012. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Palawija di Indonesia. http://www.balisereal.litbang deptan.go.id/ ind/imaae/stories/ prodipalawija.pdf

Fadila, I. 2011. Potensi Sagu Dalam Upaya Diversifikasi Pangan. Universitas Terbuka, Kota Tangerang Selatan. http://www.pdf-rchive.com/2011/12/05/37-ila-fadila/37-ila-fadila.pdf.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Pelaksanaan Kegiatan Utama. Laporan Tahunan 2010. Kementerian Pertanian, 2011.

Handewi, P.S.R. 2009. Kinerja dan Permasalahan Dalam Pemantapan Ketahanan Pangan di Indonesia. Forum Group Discussion, Kementerian Riset dan Teknologi, Jakarta, 29 Maret 2009.

Jacotot, B. dan Parco, L.J. 1983. Alimentation et Nutrition. Masson, Paris.

Kementerian Pertanian. 2009. Rancangan Rencana Strategis 2010 - 2014. Kementerian Pertanian, 2010.

Kementerian Pertanian. 2012. Laporan Kinerja Kementerian Pertanian Tahun2011. Kementerian Pertanian, 2012.

Masrizal, Chaidir, I.dan Pawiroharsono, S. 2011. Iptek Untuk Produktivitas Pertanian dan Ketahanan Pangan: Laporan Telaahan bidang Pangan dan Pertanian Tahun 2011. Kementerian Riset dan Teknologi, 2011.

Pawiroharsono, S. 2011. Development of Food Supplement Based on Soybean Fermented for Malnutrition. Symposium of Indonesian Society for Microbiology 2011. NRC Build. Graha Widya Bhakti, Puspiptek, Serpong, Banten.

Pawiroharsono, S. 2012. Pengembangan Diversifikasi Pangan Berbasis Singkong di Jogjakarta. Laporan Perjalanan Dinas. 14-15 September, 2012.

Prabowo, 2011. Mentan: Umumkan Data Beras Yang Baru. Kompas.Com. bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/09/ 19/14342011.

Saleh, N., Rahayuningsih, S.A. dan Adie, M.M. Peningkatan Produksi dan Kualitas Umbiumbian. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kang dan Umbi 2011. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi), Malang.

Scientific Advisory Committee on Nutrition. 2011. Dietary Recommendation for Energy. Scientific Advisory Committee on Nutrition. Website: www.sacn.gov.uk.

Suara Pembaruan. 2013. Republik Indonesia Terjerat Impor Pangan. Harian Suara Pembaruan, 8 Januari 2013.

Subagio, A. dan Windrati, W.S. 2012. Pengaruh Komposisi MOCAF (Modified Cassava Flour) dan Tepung Beras pada Karakteristik Beras Cerdas. Pangan, Vol. 21, No.1, Maret 2012: 29-38.

Suryana, A. 2009. Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Gizi: Faktor Pendukung Kualitas Sumberdaya Manusia. Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian, R.I.

Wiraspati, R. dan Mohammad, B.S. 2013. Kuncinya Adalah Peningkatan Produksi Pangan Dalam Negeri. Swa 04/XXIX/2013.