Akses Pangan Dan Kejadian Balita Stunting: Kasus Pedesaan Pertanian Di Klaten

Main Article Content

Vanda Ningrum

Abstract

Akses pangan di tingkat rumah tangga masih menjadi salah satu permasalahan utama yang berkontribusi pada terjadinya balita stunting. Berdasar hal tersebut, tulisan ini bertujuan untuk menganalisis ketahanan rumah tangga dalam mengakses pangan yang dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial, dan ekonomi serta dampaknya terhadap kondisi stunting dengan mengambil kasus di 4 Desa Kabupaten Klaten Jawa Tengah. Metode pengambilan data menggunakan kombinasi teknik kuantitatif dan kualitatif seperti survey rumah tangga, wawancara mendalam, observasi, dan diskusi terfokus. Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan perilaku konsumsi dalam mengakses dan mengelola pangan keluarga yang dipengaruhi oleh modernisasi di pedesaan. Selanjutnya, masalah terbesar bagi penduduk untuk memenuhi nutrisi adalah keterbatasan ekonomi dalam membeli makanan yang beragam dan bergizi. Keterbatasan ini berdampak langsung pada kebiasaan konsumsi pangan yang beragam, pada keluarga dengan balita stunting cenderung tidak menyukai makanan yang beragam khususnya sayur mayur dan makanan yang berasal dari laut. Membiasakan masyarakat untuk mengkonsumsi pangan yang beragam tidak hanya cukup dengan program sosialisasi, namun juga perlu dimulai dari meningkatkan kemampuan rumah tangga untuk mendapatkan pangan yang beragam melalui bantuan non tunai pangan baik dalam bentuk karbohidrat dan protein. Selain itu, memperluas akses pangan keluarga dapat dilakukan dengan membudayakan kembali pemanfaatan lahan pekarangan untuk budidaya pangan.

Article Details

Section
Articles

References

Brookfield, H. 2008. Family Farms Are Still Around: Time to Invert the Old Agrarian Question. Geography Compass. 2(1): 108–126.

Buletin Pemantauan Ketahanan Pangan. 2017, 9.

Data Riset Kesehatan Dasar. 2018. Kementerian Kesehatan.

Deller, S., Canto, A., & Brown, L. 2017. Food access, local foods, and community health. Community Development, 48(5), 657–680. http://doi.org/10.1080/15575330.2017.1358197

Infodatin. 2016. Situasi Balita Pendek di Indonesia. Kementerian Kesehatan. ISSN2442-7659

Jákl, J. 2015. Bhoma’s Kitchen: Food Culture and Food Symbolism in Pre-Islamic Java. Global Food History, 1(1), 33–57. http://doi.org/10.1080/20549547.2015.11435411

Lestari, E., Dkk. 2018. Mencegah Balita Stunting: Profiling Perilaku Ibu dalam Pengasuhan dan Konsumsi Pangan Kasus Kabupaten Klaten. Laporan Kajian Cepat. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Ningrum, V. 2017. Pluriactivity di Pedesaan. In V. & A. W. Ningrum (Ed.), Pemuda dan Pertanian Berkelanjutan. Jakarta: Pustaka Sinar harapan.

Nur, A., dkk. 2018. Formulasi dan Karakteristik Bihun Tinggi Protein dan Kalsium dengan Penambahan Tepung Tulang Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus) untuk Balita Stunting. Jurnal Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, 14(2): 157-168.

Noble, H., & Smith, J. 2015. Issues of validity and reliability in qualitative research. Evid Based Nurs April, 18(2), 34–35. http://doi.org/10.1136/eb-2015-102054

Rachman, H. P. S. 2010. Aksesibilitas pangan: faktor kunci pencapaian ketahanan pangan di Indonesia. Pangan, 10(1), 157–156.

Rigg, J. 2001. More than the soil: rural change in Southeast Asia. Harlow. UK: Pearson Education.

Survey Sosial Ekonomi Nasional. 2016. Badan Pusat Statistik.

UNICEF, WHO, dan World Bank. 2018. Joint Malnutrition Estimates, May 2018 Edition : World Health Organization.

White, B. 2011. Who will own the countryside? Dispossession, rural youth and the future of farming: Valedictory Address delivered on 13 October 2011 on the occasion of the 59th Dies Natalis, (October), 1–30. Retrieved from http://www.iss.nl/News/Past-Events/59th-Anniversary-celebrations-at-ISS