Respons Negara Berkembang dan Indonesia dalam Menghadapi Krisis Pangan Global 2007-2008

Main Article Content

M. Husein Sawit M. Husein Sawit

Abstract

Krisis pangan global berulang lagi pada periode 2007-2008. NB(negara berkembang) dan Indonesia meresponsnya melalui sejumlah kiat, sehingga krisis tersebut tidak berdampak buruk terhadap instabilitas harga pangan DN (dalam negeri). Intinya adalah NB tidak lagi mematuhi cara-cara lama, tidak mengikuti resep structural adjustment programs (SAP). Sebagian NB melakukan secara parsial, misalnya hanya instrumen perdagangan. Sebagian NB berhasil dan ada pula yang gagal. Pada umumnya NB yang berhasil adalah mengkombinasikan berbagai kebijakan, komprehensif (mulai dari kebijakan perdagangan, perlindungan konsumen, dan mendorong produksi pangan DN), kecukupan cadangan devisa untuk membiayai impor pangan, serta tersedianya stok pangan publik yang cukup untuk meredam spekulasi dan instabilitas harga pangan. Keberhasilan Indonesia dalam meredam kenaikan harga beras DN, banyak ditentukan oleh kecukupan stok publik, dan peningkatan produksi DN, disamping peningkatan bantuan ke konsumen. Peran stok publik amat penting dalam mencegah spekulasi.
Kemitraan dalam OP (operasi pasar) antara Bulog-swasta lebih berhasil, karena Bulog punya "kekuatan", membuat swasta lebih patuh. Berbeda dengan beras, tingkat keberhasilan stabilisasi Migor relatif rendah. Pola kemitraan Pemerintah-swasta tidak berjalan seperti yang diinginkan, karena posisi pemerintah "lemah", terbatas pada himbauan tanpa kontrol dan sanksi tegas. Kebijakan stabilisasi Migor juga parsial, instrumen, seperti pengurangan/Ppn DTP (pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah), DMO (domestic market obligation), dan OP tidak banyak berpengaruh terhadap penurunan/instabilitas harga Migor DN.

Article Details

Section
Articles
Author Biography

M. Husein Sawit M. Husein Sawit

PSEKP (Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian),

References

Abubakar, M. (2009). "World Food Price Volatility, Rice Price Stabilization and Small-scale Farmers: Some Recent Policy Responses and Changes in Indonesia". Makalah diskusi panel

di IFAD. Rome: 18 Februari 2009

Anonim, L. (2008). "Perubahan Perdagangan Pangan Global dan Putran Doha WTO: Implikasi buat Indonesia". Analisis Kebijakan Pertanian. 6(3) 2008

BPPD (2008). "Kajian Kebijakan Stabilisasi Kebutuhan Harga Pokok". dilaksanakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perdagangan DN, Badan Penelitian dan Pengembangan Depdag (BPPD). Draft akhir Desember 2008: Jakarta

FAO (2009). Country responses to the food security crisis: nature and preliminary implications of the policies pursued. Disiapkan oleh Demeke,

M., G. Pangrazio, dan M. Maetz, FAO: Rome Goode, W (2001). Dictionary of Trade Policy Term. 4th Edition: CES dan WTO. Cambrigde Uni. Press: UK

IFAD (2009). Food price volatility- how to help smallholder farmers , manage risk and uncertaint, disiapkan oleh Blein. R. and R. Longo. IFAD: Rome IFPRI (2008). High Food Prices: The What, Who,

and How of Proposed Policy Action. IFPRI Policy Brief. Washington DC.

Sapri (2004). Structural Adjustment: the policy roots of economic crisis, poverty and inequality, The Strucural Adjustment Participatory Review International Network. Zet Book: London and NY;TWN, Malaysia; Books for Change: India; dan IBON: Filipines.

Sawit, H. M (2007) "Usulan Kebijakan Beras dari Bank Dunia: Resep Yang Keliru". Analisis Kebijakan Pertanian. 5(3) 2007

Steger, M.B (2003). Globalization: A Very Short Introduction, Oxord Univ. Press: UK UNESCAP (2008). Asian Economy Survey: Bangkok.