Padi Ketan dan Pemupukan Nitrogen (StickyRice and Nitrogen Fertilizer)

Main Article Content

Nurwulan Agustiani
Sarlan Abdulrachman

Abstract

Berbagai varietas padi ketan telah dilepas oleh Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BBPADI),

salah satunya adalah B10299B-MFM16-2-4-1 -2 (Ciasem). Ketan Ciasem dilepas sebagai varietas dengan keunggulan potensi hasil cukup tinggi, tahan terhadap Wereng Batang Coklat (WBC) biotipe 2,agak tahan terhadap WBC biotipe 3, dan tahan penyakit Hawar Daun Bakteri (HDB) strain III dan IV,serta dengan umur yang lebih genjah (115-120 hari) dan mutu gabah yang lebih baik. Namun demikian, sampai saat ini di tingkat petani varietas ketan Ciasem masih kurang populer dibanding Ketan Lusi. Untuk mengetahui perbedaan karakter agronomis antara ketan Lusi dan Ciasem telah dilakukan penelitian dengan perlakuan berbagai level pupuk Nitrogen (N). Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan BBPADI Sukamandi pada musim tanam (MT) 12011 dengan menggunakan rancangan petak terpisah 3 ulangan. Dosis pemupukan Nsebagai petak utama dan varietas sebagai anak petak. Dosis perlakuan Nterdiri atas 4taraf yaitu N0 (Tanpa pemupukan), N1 (100 kg Urea/ha), N2 (250 kg Urea/ha), dan N3 (350 kg Urea/ha), sedangkan varietas sebagai anak petak terdiri atas2taraf yaitu Ketan Lusi (A) dan Ketan Ciasem (B). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Padi Ketan Ciasem selain berumur lebih genjah dan berpostur lebih pendek serta jumlah anakan produktif yang lebih banyak, persentase distribusi asimilat ke bagian malai lebih tinggi namun jumlah gabah isinya lebih rendah dibandingkan Lusi. Oleh karena itu tingkat hasil Lusi dan Ciasem setara. Dosis pupuk Nyang optimal untuk kedua varietas padi ketan ini adalah 250 kg Urea/ha.

Some of sticky rice varieties have been released by the Indonesian Center for Rice Research (ICRR) at Sukamandi, West Java, one of them is B10299B-MR-116-2-4-1-2 (Ciasem). Ciasem was released asa variety with high yield potential, resistant to Brown Plant Hopper (BPH) biotype 2, moderately resistant to BPH biotype 3, and also resistant to Bacterial Leaf Blight (BLB)strain III and IV. Moreover, Ciasem has shorter age (115-120 days) and better quality grain than that of Lusi. Nevertheless, up to now, Ciasem is less popular than Lusi. This paperpropose to show agronomic characters between Ciasem and Lusi with 4 levels of Nitrogen fertilizer dosages. This research was conducted at the ICRR field experiment in 2011. Using split plot design with 3 replications. Nitrogen fertilizer as the main plot with 4 levels (0, 100, 250, and 350kg urea/ha) and variety as subplot with 2 levels (Lusi and Ciasem). The result showed that Ciasem hasshorter posture, greater number ofproductive tillers, and also hashigger percentage distribution asimilate to thepaniclesbut less number of filled grain than Lusi. Because of that, the producticity of Lusi and Ciasem was equal. The optimal dosage of Nitrogen fertilizer for both of the varieties were 250kg urea/ha.

 

Article Details

Section
Articles
Author Biographies

Nurwulan Agustiani

Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Subang, Jawa Barat

Sarlan Abdulrachman

Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Subang, Jawa Barat

References

Tjokrowidjojo S, B. Kustianto, dan B. Abdullah.2006. Pembentukan Varietas Ciasem, Padi Ketan Putih Berdaya Hasil Tinggi dan Berumur Genjah. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan25(3):145-151

Lukman, A. 2011. Pemanfaatan Pati Beras Ketan Pragelatinisaasi Sebagai Matriks Tablet Lepas Lambat Natrium Diklofenak dan Kaptopril. (http://pasca.unand.ac.id/id/wp-content/ uploads/2011/09/ARTIKEL9.pdf, diakses 6 Juni 2012).

Fitri, H. 2008. Pemanfaatan Limbah Jerami Padi Ketan Sebagai Material Pembuatan Papan Partikel. (http://repository.unand.ac.id/13080/1/ Skripsi.pdf, diakses 6 Juni 2012).

Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2011 .Deskripsi Varietas. Jakarta: Badan Litbang Pertanian

Direktorat Perbenihan. 2010. Data Penyebaran Varietas Padi Tahun 2010 (Unpublished)

Al-Jabri, M. 2007. Perkembangan Uji Tanah dan Strategi Program Uji Tanah Masa Depan. Jurnal Litbang Pertanian 26(2):54-66.

IRRI. 1996. Standard Evaluation System for Rice. Philippines: International Rice Research Institute.

Gomez K.A. dan GomezA.A. 2010. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian Edisi Kedua. Jakarta: Ul Press.

Suprihatno, B. dan A.A. Daradjat. 2008. Kemajuan dan Ketersediaan Varietas Unggul Padi. Padi. Inovasi Teknoiogi dan Ketahanan Pangan Buku I. Sukamandi: Balai Besar Penelitian Tanaman

Padi.p 302-323

Lin, Fen Fang. dkk. 2010.lnvestigation of SPAD meter-based Indices for Estimating Rice Nitrogen Status. Computer and Electronis in Agriculture? 1S:s60-s65

Gunarsih, C. dan A.A. Daradjat. 2007. Variabilitas Kecepatan Senesens Pada Sejumlah Genotipe

Padi Sawah Serta Korelasinya dengan Hasil dan Komponen Hasil. Dalam: Suprihatno B, Daradjat A.A, Suharto H, Toha H.M, Setyono A, Suprihanto, dan Yahya A.S (Ed).Prosiding Seminar Apresiasi Hasil Penelitian Padi Mendukung P2BN. p.571 -593

Fabre, D. dkk. 2004. Characterizing Stress Effects on Rice Grain Developent and Filling Using Grain Weight and Size Distribution. Field Crops Research(92) 11-16

Raden I, et al. 2008. Karakteristik Daun Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) dan Hubungannya dengan

Fotosintesis. BuletinAgronomi36(2). p168-175

Dingkuhn, Mdan Y.G Pierre. 1996. Effect of drainage date on yield and dry matter partitioning in irrigated rice. Field Crop Research (46). p117- 126

Indrasari, S.D, E.Y. Purwani, S. Widowati, dan D.S. Damardjati. 2009. Peningkatan Nilai Tambah Beras Melalui Mutu Fisik, Cita Rasa, dan Gizi. Dalam: Daradjat et al (Ed). Padi. Inovasi dan Teknoiogi Buku 2. p565-590