Manggulu, Pangan Lokal Berkalori Tinggi yang Kaya Serat Alami (Manggulu, Local Food with High Calorie and Rich Natural Fiber)

Main Article Content

Yunita Siti Mardhiyyah
Hanny Wijaya

Abstract

Diversifikasi pangan menjadi hal yang penting dalam mencapai ketahanan pangan. Salah satu cara yang dapat dilakukan ialah pemanfaatan pangan lokal. Manggulu merupakan sejenis dodol yang dibuat dari pisang kepok dan kacang tanah, suatu pangan khas dari Sumba, Nusa Tenggara Timur. Pisang kepok {Musa paradisiaca L.) masak pohon dikeringkan sehingga berwarna kecoklatan, dikukus dan dihaluskan. Kacang tanah digoreng dan dihaluskan. Kedua bahan ini dicampur, kemudian dibentuk silinder dan dibungkus dengan daun pisang kering. Berdasarkan perhitungan kadar gizi bahan bakunya, manggulu dengan berat 30 g memiliki nilai kalori 147,6 kkal sehingga dapat dikategorikan sebagai pangan berkalori tinggi. Kandungan serat manggulu sebesar 2,2 g/30 g memenuhi aturan Codex alimentarius sebagai produk pangan yang baik untuk sumber serat dan dapat diarahkan sebagai pangan fungsional. Manggulu dibuat dari bahan alami dan dapat dikategorikan sebagai pangan alami atau natural food menurut Canadian Food Inspection. Manggulu juga berpotensi untuk dikembangkan sebagai pangan darurat. Eksplorasi dan dokumentasi pangan lokal diharapkan melestarikan kearifan lokal dan menunjang upaya diversifikasi pangan.

Food diversification becomes an important issue in order to achieve national food security. The utilization of potential local food should be one of the alternatives. Manggulu is a local food of Sumba, East NusaTenggara (NTT), a kind of intermediate moisture content food that is made from kapok plantain (Musa paradisiaca L.) and peanut The ripe plantain is steamed and mashed. The peanut is fried and crushed. Both of these ingredients are mixed together, and then the dough is formed into cylindrical shape and wrapped with dried banana leaves. Based on the calculated nutritive value of the raw materials, one piece of manggulu (30g in) has calorie about 147.6 kcal which can be categorized as high-calorie food. The fiber content of manggulu, which is 2.2 g/piece, is also fulfilled the Codex alimentarius regulation as a good source for dietary fiber and can be developed as a functional food. Manggulu can also be categorized as natural food according to Canadian Food Inspection Agency because it is made from 100 percent natural ingredients. Moreover, its product shows great potency to be utilized as an emergency food. The exploration and documentation oflocal food might both conserve the local wisdom and support the food diversification effort.

 

Article Details

Section
Articles
Author Biographies

Yunita Siti Mardhiyyah

Departemen Ilmu dan TeknologiPangan, Fakultas Teknologi Pertanian,  Institut Pertanian Bogor

Hanny Wijaya

Departemen Ilmu dan TeknologiPangan, Fakultas Teknologi Pertanian,  Institut Pertanian Bogor 

References

[AACC] American Association of Cereal Chemists. 2001. The Definition of Dietary Fiber. American Association of Cereal Chemists Report Vol. 46 No.3 March 2001, pp. 112-126.

Aldoori, W.H., E.L.Giovannucci, M.J.Stampfer, E.B.Rimm, A.L. Wing, dan W.C.Willett. 1997. Prospective study of diet and the risk of duodenal ulcer in men. American Journal of Epidemiology. Vol. 145, pp.42-50.

Astawan, M., 2009. Sehat dengan Hidangan Kacangkacangan dan Biji-bijian. Penebar Swadaya. Depok.

Bell, L.N., dan T.P.Labuza. 2000. Practical Aspects of Moisture Sorption Isotherm Measurement and Use. 2nd Edition. AACC Egan Press. Egan. Minnesota.

[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2005. Peraturan Kepala Badan POM Nomor HK 00.05.52. 6291 tentang Acuan Label Gizi Produk Pangan. BPOM Rl. Jakarta

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia : Hasil Sensus Penduduk 2010. BPS. Jakarta.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Kacang Tanah Seluruh Provinsi. http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php?eng=0 [diakses 28 Maret 2012].

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Laporan BulananData Sosial Ekonomi Edisi 24, Mei 2012. BPS.Jakarta.

[CAC] Codex Alimentarius Commission. 1997.Guidelines For Use of Nutrition and Health Claims CAC/GL 23-1997. http://www.codexalimentarius.org/input/download/standards/351/CXG_023e. pdf [diakses 14 Oktober 2012]

Canadian Food Inspection Agency. 2012. Chapter 4: Composition, Quality, Quantity and Origin

Claims Section 4.7-4.19. http://www.inspection. gc.ca/english/fssa/ Iabeti/guide/ch4ae.shtml [diakses 2 Agustus 2012]

Christine. 2008. Pengembangan Pangan Semi Basah Berbasis Daging sebagai Alternatif Pangan Darurat. Skripsi. Fateta IPB. Bogor

Coundray, C, J. Bellanger,C. Castiglia-Delavaud,M. Vermorel,dan Y. Rayssiggnuier.1997. Effect of soluble partly soluble dietary fiber supplementation on absorption and balance of calcium, magnesium, iron, and zinc in healthy young men. European Journal of Clinical Nutrition. Vol. 51, pp.375-380.

[DEPTAN] Departemen Pertanian. 2007. Has/7 Pencarian Berdasarkan Komoditi Tanaman Pangan. www.database.deptan.go.id[diakses 31 Maret 2012].

Eckert, M., dan P. Riker. 2007. Overcoming challenges in functional beverages. Food Technology, Vol. 3, pp.20-26

Febry, F., 2006. Penentuan Kombinasi Makanan Jajanan Tradisional Harapan untuk Memenuhi Kecukupan Energi dan Protein Anak Sekolah Dasar di Kota Palembang. Tesis. Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang.

Fennema, O.R., 1996. Food Chemistry Volume ke-3. Marcel Dekker, Inc. New York.

Field, C.J., M.I. McBurney,S. Massimino,M.G. Hayek,dan G.D. Sunvold. 1999. The fermentable fiber content of the diet alters the function and composition of canine gut associated lymphoid tissue. Veterinary Immunology and lmmunopathology.Vol.72, pp.325-315

Food Standars Agency United Kindom. 2008. Criteria for The Use of The Terms fresh, Pure, Natural etc. In Food Labelling. Food Standars Agency. London.

[HFI] Health Focus International Trend Survey. 2009. TOP Consumer Health Concern: Indonesia. Health Focus International. St. Petersburg, Florida.

Howarth, N.C., E. Saltzman,dan S.B. Roberts. 2001. Dietary Fiber and Weight Regulation. Nutrition Review. Vol.59(5), pp. 129-139.

Isnaeni, N.F., 2007. Formulasi Produk Pure Instan Ubi Jalar flpoema batatas (L.) Lam) sebagai Salah Satu Upaya Diversifikasi Pangan Pokok. Skripsi. Fateta IPB. Bogor.

Jenkins, D.J.A., A.L. Jenkins, T.M.S. Wolever,V. Vuksan,A.V. Rao,L.U. Thompson,dan R.G. Josse.1995. Dietary fiber, carbohydrate matabolism and diabetes. Di dalam: Krichevsky D, Bonfield C, eds. Dietary Fiber in Health and Disease. St. Paul, MN: Egan Press, pp. 137-145.

Jenkins, D.J.A., T.M.S. Wolevar,A.L. Jenkins,dan R.H. Taylor. 1986. Dietary fiber, gastrointestinal, endocrine, and metabolic effects: lente carbohydrate. Di dalam: Vahouny GV, Kritchevsky D, eds. Dietary Fiber, Basic and Clinical Aspect. New York, NY: Plenum press, pp. 69-80.

Lagua, T.P, dan VS. Claudio. 1996. Nutrition and Diet Therapy Reference Dictionary4th Edition. Chapman and Hall. New York.

Lii, C.Y, S.M. Chang, dan Y.L Young. 1982. Investigation of the physical and chemical properties of banana starches. Journal of Food Science, Vol. 47, pp.1493-1497.

Lisnan, V 2009. Pengembangan Beras Artificial dari Ubi Kayu (Manihot esculenta Crant.) dan Ubi Jalar (Ipomoea batatasj sebagai Upaya Diversifikasi Pangan. Skripsi. Fateta IPB. Bogor.

Marwanti. 1997. Menanamkan Kebiasaan Mengkonsumsi Makanan Tradisional sebagai Aset Budaya dan Wisata Boga. Cakrawala Pendidikan No. 2 Tahun XVI Juni 1997: 95-101.

Marzuki, R dan Soeprapto. 2005. Bertanam Kacang Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta. Ministry of Health Singapore. 1999. Nutrition Labelling. A Handbook on Nutrient Claims (Singapore). Department of Health, Ministry of Health. Singapore.

Muchtadi, D. 2001. Sayuran sebagai Sumber Serat Pangan untuk Mencegah Timbulnya Penyakit Degeneratif. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. V0.XII No.1 , pp.61-71.v

Muchtadi, T.R. 2008. Prinsip Proses Pengolahan Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB. Bogor Noviar, A. 2000. Pengaruh Berbagai Jenis Pisang Terhadap Karakteristik Manggulu. Skripsi. Universitas Udayana. Denpasar.

Nuhamara, M. 1997. Reaksi Maillard Selama Pemanasan Manggulu. Tesis. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Prabawati, S, Suyanti, dan D.A. Setyabudi. 2008. Teknologi Pascapanen dan Teknik Pengolahan Buah Pisang. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Rodriguez, R. A. Jimenez, J. Fernandez-Bolanos, R.Guillen, dan A. Heredia. 2006. Dietary fiber from vegetable products as source of functional ingredients. Trends in Food Science and Technology Vol. 17, pp. 3-15.

Rosid, A. 2007. Manajemen Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi. PT Raja Grafindo. Jakarta.

Siswanto, R. 1998. Penggunaan Penyerap Oksigen dan Pemilihan Pengemas untuk Memperpanjang Masa Simpan Pisang Goreng Cianjur. Skripsi. Fateta IPB. Bogor.