Bioteknologi Untuk Ketahanan Pangan Kedelai: Aspek Produksi dan Konsumsi (Biotechnology For Soybean Food Security: Production and Consumption Aspects)
Main Article Content
Abstract
Kedelai adalah komoditas pangan penting di Indonesia. Kedelai merupakan makanan bergizi yang sudah berabad-abad lamanya dan telah menjadi bagian budaya bangsa. Bentuk makanan yang umum dikonsumsi terutama adalah tempe, tahu, kecap dan tauco. Namun demikian, Indonesia sejak tahun 1974 tidak dapat memenuhi semua kebutuhan secara mandiri, dan akibatnya Indonesia menjadi negara pengimpor kedelai sampai sekarang. Kecuali pada tahun 1992, tercatat produksi kedelai nasional mencapai 1,9 juta ton sehingga pada tahun tersebut dikatakan mampu berswasembada. Ketergantungan impor kedelai meningkat dari tahun ke tahun dan pada tahun 2012 mencapai 70 persen. Oleh karena itu, pemanfaatan bioteknologi diharapkan dapat menjadi solusi untuk mendukung program swasembada dan ketahanan pangan kedelai, yaitu mencakup aspek peningkatkan produksi kedelai (varietas unggul dan pupuk hayati), dan melalui perbaikan aspek konsumsi (proses fermentasi) yang dapat memperbaiki kualitas gizi dan keamanan konsumsi. Oleh karena itu, keberhasilan implementasi bioteknologi untuk ketahanan pangan kedelai diperlukan suatu model sistem inovasi yang melibatkan berbagai pihak seperti peneliti, petani, penyuluh, investor dan industri.
Soybean is an important food commodity in Indonesia. Soybean is considered as a nutritious food, which is consumed for the centuries and to be part of national culture. Generally, the types of food products from soybean are tempe, tofu, soy-sauce (kecap) and taucho. Unfortunately, since 1974, Indonesia could not fulfill the demand trough domestic production, and consequently Indonesia has been an importing country of soybean up to present. Except in 1992, it was noted that the national soybean production reached 1, 9 million tons, so in this year it called to be able to self sufficiency. The import dependency increased gradually from year to year, and in 2012 the level reached nearly to 70 percent. For this reason, the implementation of biotechnology is expected to be a solution for soybean self supporting program and soybean food security. The implementation covered two aspects namely: increasing the soybean production (superior variety and biofertilizer), and improving on consumption (fermentation process), that is able to increase on nutritive value and food safety. Therefore, the successful of the implementation of biotechnology on soybean food security needs an innovation system model involving related stakeholders such as researcher, farmer, agricultural extension, investor and industry.
Article Details
catatan copyright agar disepakati oleh penulis.
Penulis sepakat dengan ketentuan-ketentuan dalam etika publikasi
Penulis menyatakan bahwa karya tulis yang diserahkan untuk diterbitkan adalah asli, belum pernah dipublikasikan di manapun dalam bahasa apapun, dan tidak sedang dalam proses pengajuan ke penerbit lain
References
Agustinus, M. 2012. Produksi kedelai di bawah target, ini alasan Menteri Pertanian. Sindonews.com., 2012.
Astuti, M. 2012. Peran Industri Dalam Pengembangan Kedelai Lokal Untuk Mewujudkan Swasembada Kedelai 2014. Diskusi Ketahanan Pangan, Kerjasama BPPT dan MAPIPTEK, Jakarta, 7 Agustus 2012.
Astuti, M., S. Purwanti, D. Kastono, T. Harjaka, Purwidyanto dan S. Nugroho. 2011. Petunjuk Praktis Kedelai Hitam. Jakarta: Yayasan Unilever Indonesia.
Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi). 2007. Hasil-hasil Penelitian Utama. (http://balitkabi.litbang.
deptan.go.id/id/hasil-penelitian-utama, diakses tanggal 27 Januari 2012).
Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi). 2012. Iletrisoy: Pupuk Hayati Rhizobium Sesuai Untuk Kedelai Pada Lahan Kering Masam. Balitkabi, artikel diunggah 23 Nopember 2012.
Bioindustri Nusantara, P.T. Biobus. Izin Edar Deptan : P/636/HAYATI/DEPTAN-PPI/VII/2010;http://www.ptbionusa.com/p_biobus.php.
Biro Pusat Statistik (BPS). 2013. Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Kedelai Nasional. BPS, 2013.
Bumi Lestari Sejahtera, C.V. 2007. Biokom®. Ijin Deptan: G144/ HAYATI/ Deptan-PPI/ X/ 2007.
Bumi Lestari Sejahtera, C.V. 2009. Ultramic®. Ijin Deptan: L321/HAYATI/ Deptan-PPI/IV/2009.
Harry Is, M. 2012. Varietas Kedelai Hasil Litbang. BATAN. Diskusi Ketahanan Pangan, Kerjasama BPPT dan MAPIPTEK, Jakarta, 7 Agustus 2012.
Kementerian Negara Riset dan Teknologi (KNRT). 2011. Perumusan Kebijakan Bidang Pangan: Pengembangan Iptek Pangan Untuk Substitusi Impor. Laporan Kegiatan Program Penelitian dan Pengembangan Iptek, Staf Ahli Bidang Pangan dan Pertanian. Jakarta: Kementerian Riset dan Teknologi.
Kementerian Pertanian. 2012. Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Tanaman Kedelai. Kementan, 2012.
Lubis, K. 2005. Pemuliaan Tanaman dan Biologi Molekuler. Materi Pendidikan Program Studi Pemuliaan Tanaman. Medan: Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Pawiroharsono, S. 2009. The Role of Rhizopus oligosporus on Antioxidant Biosynthesis During Tempe Fermentation . International Symposium Microbiology, Surabaya 21-22 November 2009.
Pawiroharsono, S. 2012. Makanan Fermentasi Tradisional dan Prospeknya Untuk Industri Maju. Kuliah Tamu, Universitas Atmajaya, Jakarta, 5 April 2012.
Tohir, W. 2012. Swasembada Kedelai Tahun 2014, Mungkinkah? Diskusi Ketahanan Pangan, Kerjasama BPPT dan MAPIPTEK, Jakarta, 7 Agustus 2012.
Wisnubrata, A. 2010. Kedelai Superbesar Karya BATAN. Kompas.com, 3 September 2010.